Gau Maraja (IAI Rawa Aopa)

Partisipasi Civitas Akademika di Gau Maraja, Ajang Budaya Nasional Dengan Platfrom Internasional

Rawaaopakonsel.ac.id, Andoolo – Para civitas akademika di seluruh Indonesia menunjukkan antusiasme luar biasa untuk berpartisipasi dalam Gau Maraja 2025. Termasuk civitas akademika IAI Rawa Aopa Konawe Selatan. Ini adalah sebuah ajang budaya nasional yang secara ambisius didesain dengan platform internasional. Acara ini akan diselenggarakan di Maros, jantung budaya Sulawesi Selatan, dengan paralel 12 mata acara (3-5 Juli 2025)

Keterlibatan aktif dari para akademisi, peneliti, dan mahasiswa ini bukan sekadar bentuk dukungan, melainkan cerminan komitmen mendalam mereka terhadap pelestarian serta promosi budaya lokal. Mereka ingin memastikan warisan budaya Indonesia dapat dikenal dan dihargai di kancah global.

Gau Maraja 2025 telah berlangsung dengan beragam kegiatan yang kaya dan mendalam. Termasuk konferensi ilmiah yang membahas isu-isu krusial dalam kebudayaan, kegiatan interaktif yang memungkinkan transfer pengetahuan praktis, hingga pameran seni (badi, keris, bilah) dan budaya yang memukau. Semua kegiatan ini dirancang untuk melibatkan secara maksimal para akademisi dari berbagai disiplin ilmu.

Ajang ini juga menjadi wadah strategis bagi para civitas akademika untuk berkolaborasi. Mereka akan berkesempatan untuk bertukar gagasan inovatif, memperkaya wawasan budaya melalui diskusi mendalam, dan menjalin jejaring profesional yang kuat dengan sesama pegiat budaya dari dalam dan luar negeri.

“Gau Maraja 2025 kami harapkan bukan sekadar perayaan budaya semata, melainkan juga sebuah platform kolaborasi yang signifikan,” tutur Ismail Suardi Wekke, salah satu panitia pengarah Gau Maraja 2025. Penekanannya pada kolaborasi ini mencerminkan visi besar untuk menciptakan sinergi antara akademisi dan praktisi budaya.

Ismail Suardi Wekke menyampaikan terima kasih kepada civitas akademika IAI Rawa Aopa Konawe Selatan yang telah berpartisipasi. “Sekalipun memerlukan perjalanan melintas geografis provinsi, tidak menjadi penghalang,” tutur Ismail.

“Kami sangat berharap partisipasi aktif dari seluruh civitas akademika dapat menjadi pendorong utama inovasi dalam upaya pelestarian warisan budaya kita yang begitu kaya dan beragam,” tambah Ismail. Keterlibatan mereka diharapkan dapat menghasilkan terobosan baru dalam metode pelestarian dan diseminasi budaya di era modern.